Thursday, December 10, 2009

jangkrik...



a : "saya kasih kamu 1 permintaan..."
b : (setelah lama sekali perpikir...) "jangkrik!"
Kemudian si b berubah jadi sosok mirip ksatria baja hitam bersarung.
Kira-kira seperti itulah cuplikan iklan sebuah produk rokok terkemuka di negeri kita. Ya,

kata-kata "JANGKRIK" itulah yang ingin aku bahas saat ini.
Akhir-akhir ini, aku amat sangat sering mendengar kata tersebut di tempatku bekerja. Seorang rekan kerjaku 'rajin' sekali menyebutnya. Entah kenapa, telingaku menjadi gatal ketika mendengarnya berkali-kali, berulang-ulang menyebut kata "jangkrik". Bukan berarti aku sok alim, tentu saja aku sudah akrab dengan kata tersebut, bahkan kata-kata yang lebih 'seram' sekalipun.
Jujur saja, aku juga mesoh (mengumpat), tapi pastinya dalam keadaan-keadaan tertentu, dan tidak sesering itu pula. Istilahnya aku masih tahu sikon. Masalahnya, rekan kerjaku ini, sedikit sedikit langsung "jangkrik", render lama -  "jangkrik", saving file memakan waktu lama - "jangkrik", bahkan hanya karena komputer lag sedikit -"jangkrik", dan konyolnya semua "kejangkrikan" itu disebabkan oleh kebodohannya sendiri. Sampai risih telinga ini mendengarnya.
Mungkin pada waktu kita sekolah dulu, kata-kata "jangkrik" adalah hal yang wajar. Setidaknya itu menurutku. Semua teman-temanku rata-rata pernah mengucapkan kata "jangkrik". Tapi aku rasa tidak sewajarnya kata tersebut terucap dikala kita memasuki dunia kerja. Ya ok lah kalau kita tidak sedang dalam lingkungan kerja, suka-suka. Tapi saat sedang di kantor, apakah hal itu wajar? Menurut mu?
Sebenarnya, apa sih salah si jangkrik, hingga dijadikan kata-kata yang maknanya cenderung negatif? Padahal tidak ada salahnya mengungkapkan kekesalan dengan kata-kata yang lain kan. Atau lebih baik -keep it silent- (behave) saja deh, biar terlihat lebih cool, daripada harus dicap punya mulut seperti tukang becak. hehehehe...

Wednesday, December 9, 2009

hujan...

Saat ini (9 november 2009 |9.46 pm)di luar kamarku sedang hujan. Hujan yang sudah lama ku nantikan.

Aku selalu senang di hari hujan. Membayangkan, aku duduk di dalam kamar, dekat jendela, memandang keluar dengan secangkir hot chocholate di tangan. Hmm.. entah kapan aku akan menikmati moment itu. Pasalnya, jendela kamarku saat ini tak memungkinkan untuk melihat hujan.

Yang terlintas di kepalaku dikala hujan adalah kota Bandung. Ingin rasanya aku mengunjunginya kembali, apalagi pada musim hujan seperti ini. Aku selalu berharap dapat tinggal di kota itu. Entah kenapa, Bandung menjadi salah satu kota favoritku. Mungkin karena suasana kotanya yang cednerung dingin, atau karena gaya hidup di sana yang cenderung bebas.

Ngomong-ngomong soal bebas, aku sangat suka kebebasan. Aku ingin melakukan apa saja, tanpa dipandang buruk oleh orang lain. Ya, tentu saja bebas yang masih tahu aturan - tidak sampai kebablasan. Aku hanya ingin memiliki ruang dimana aku bisa melakukan apapun. I just need a privacy.