a : "saya kasih kamu 1 permintaan..."
b : (setelah lama sekali perpikir...) "jangkrik!"
Kemudian si b berubah jadi sosok mirip ksatria baja hitam bersarung.
kata-kata "JANGKRIK" itulah yang ingin aku bahas saat ini.
Akhir-akhir ini, aku amat sangat sering mendengar kata tersebut di tempatku bekerja. Seorang rekan kerjaku 'rajin' sekali menyebutnya. Entah kenapa, telingaku menjadi gatal ketika mendengarnya berkali-kali, berulang-ulang menyebut kata "jangkrik". Bukan berarti aku sok alim, tentu saja aku sudah akrab dengan kata tersebut, bahkan kata-kata yang lebih 'seram' sekalipun.
Jujur saja, aku juga mesoh (mengumpat), tapi pastinya dalam keadaan-keadaan tertentu, dan tidak sesering itu pula. Istilahnya aku masih tahu sikon. Masalahnya, rekan kerjaku ini, sedikit sedikit langsung "jangkrik", render lama - "jangkrik", saving file memakan waktu lama - "jangkrik", bahkan hanya karena komputer lag sedikit -"jangkrik", dan konyolnya semua "kejangkrikan" itu disebabkan oleh kebodohannya sendiri. Sampai risih telinga ini mendengarnya.
Mungkin pada waktu kita sekolah dulu, kata-kata "jangkrik" adalah hal yang wajar. Setidaknya itu menurutku. Semua teman-temanku rata-rata pernah mengucapkan kata "jangkrik". Tapi aku rasa tidak sewajarnya kata tersebut terucap dikala kita memasuki dunia kerja. Ya ok lah kalau kita tidak sedang dalam lingkungan kerja, suka-suka. Tapi saat sedang di kantor, apakah hal itu wajar? Menurut mu?
Sebenarnya, apa sih salah si jangkrik, hingga dijadikan kata-kata yang maknanya cenderung negatif? Padahal tidak ada salahnya mengungkapkan kekesalan dengan kata-kata yang lain kan. Atau lebih baik -keep it silent- (behave) saja deh, biar terlihat lebih cool, daripada harus dicap punya mulut seperti tukang becak. hehehehe...